Aku berlari mengikutimu.
Bukan langkahku, hanya bola mataku.
Kamu asik dengan karet bundar yang memaksa masuk kedalam
ring basket tepat dihadapanmu.
Cucuran keringatmu menjadi keindahan tersendiri bagiku
Bahkan wangi khasnya yang tercium ketika aku harus terpaksa
melewati belakang ring itu menjadi sesuatu yang bercandu.
kaos merah nomor tigamu semakin membuat melihatmu adalah
semangat.
Dengan sebuah nama tertulis manis diatasnya. nama seseorang yang selalu ku nantikan kehadirannya dan ku cari keberadaannya.
Aku selalu suka Selasa sore seperti ini. Disaat mulai
beranjak sepi dan langit pun sedang teduh-teduhnya
tapi dentuman bola oranye yang kamu pantulkan menggema di
setiap koridor sekolah seperti irama lagu yang membuat sepi menjadi tak berarti.
Aku selalu hadir dalam diam dan kejauhan, menemani dirimu yang
tidak pernah peduli sekitarmu jika bergulat dengan bola, ring dan lapangan
milikmu disetiap selasa sore itu. Selalu.
Namun sesekali aku menyadari tidak ada suara pantulan itu
sewaktu aku baru saja melewati ring basketmu, ketika aku harus menuju parkiran
dan pulang.
Kamu memperhatikanku? Imajinasi ini membuatku tersenyum
sendiri sambil merubah pandanganku kearah kedua kakiku yang ku mainkan sejak
tadi.
Tak beberapa lama aku merasa haus akan menatapmu. Lagi-lagi
memandangmu dari sejauh ini.
Tapi dimana kamu? Kamu tidak ada ditempat aku meninggalkan
pandanganku darimu.........
“hai” sebuah suara menyapaku.
Namun, sepertinya sekarang aku tau ada dimana kamu, Smith.