Mungkinkah
ada secuil kebahagiaan ketika kehampaan setia kucacah di ujung luka
yang belum mengering. Hampa yang mengendus nelangsa dan selalu berakhir
dalam genangan kecewa yang memuja sia-sia. Mengais pilunya hati tanpa
tahu ke mana mesti mencari obatnya.
Tergopoh
dibilas sedu sedan tangis yang ingin segera kubasuh dengan senyum
merona. Melibas pahit yang kau tinggalkan, menelaah hati baru yang
mungkin datang menjelang.
Siapa
tahu di suatu masa, kutemukan setitik cinta bersemi tanpa tanda tanya.
Datang dengan lugunya, menawarkan terang di balik gelap yang mendekapku
dalam titik hitam yang memanjang.
Setidaknya aku masih punya mimpi yang coba kuwujudkan dalam damba, meski hanya menempias pada getar ilusi belaka. Semoga…
Seperti
menikam diri sendiri tanpa sakit menjerit. Kutelan pedih karena
mencintai dirimu yang hanya meninggalkan serpihan lara. Kau pagutkan
hatimu pada orang lain ketika kata setia kujaga di atas pengharapan
satu-satunya. Tiada ingin kuakhirkan jejak cintaku selain kepadamu. Tapi
kini segalanya telah cukup. Selama ini kau hanya memberiku mimpi
belaka, lain tidak. Aku pergi karena terlalu mencintaimu, itulah
akhirnya.
Biarlah
rasa ini kupendam mati. Dan jangan kau pernah bertanya meski ada ruang
untuk kembali. Aku yang memulakan, aku juga yang harus meniadakan. Dari
tiada menjadi ada, dari ada menjadi tiada. Meski jerit sakitku tak
berbuah tangis, tapi jiwaku merapal duka yang meraja di atas bahagiamu.
Selamat tinggal!
(Moammar Emka)
kok puny moammar emka sih, gak biat sndiri ? :p
BalasHapus